MEMGAPAI SURGA DARI LUKA YANG DALAM
Dalam satu masa di hidupku, dunia terasa mengecil, menyempit menjadi lorong gelap tanpa pintu keluar. Hari-hari kulewati dengan dada yang sesak, air mata yang tak pernah benar-benar jatuh, dan senyum yang hanya menjadi topeng tipis untuk menutupi badai di dalam hati. Lukaku bukan berasal dari satu peristiwa, melainkan tumpukan kejadian yang perlahan mengikis tenangku. Aku dulu percaya hidup berjalan lurus; kerja keras dihargai, ketulusan dibalas baik. Namun kenyataan tak seindah itu. Ada kalanya kebaikan disalahpahami, niat baik dicurigai, dan usaha tulus justru dijadikan celaan. Ketika orang-orang yang kuanggap keluarga mulai menyudutkanku, aku merasa pondasi hidupku runtuh sedikit demi sedikit. Aku mencoba kuat, tapi pada akhirnya aku harus mengakui, aku terluka. Luka itu tak tampak di kulit, namun tajam menusuk dari dalam dada. Luka yang membuatku berhenti percaya bahwa hidup masih bisa membawa keajaiban. Suatu hari, teringat sebuah nasihat dari guruku waktu sekolah ...